Batas


Sebuah pesan singkat datang ke ponselku di tengah malam dimana sudah tidak lagi terdengar suara manusia yang beraktivitas di sekitarku. Dan tanpa dapat diduga sama sekali seorang kawan lamaku mengungkapkan perasaannya secara jujur kepadaku. Perasaan menyayangi kekasihku. Hati tiba-tiba serasa tak bisa ditata. Yang ada hanyalah membelalakkan mata selama beberapa detik sambil terus menenggelamkan pandangan pada layar ponselku. Lalu, ketika tersadar kembali, memulai untuk kembali membaca setiap kata yang terkirim untuk kembali meyakinkan diri bahwa esensi dari pesan yang dikirimkan sesuai dengan interpretasi awal.

Seorang kawan yang sudah bersuami dan beranak satu mengungkapkan bahwa dia masih menyayangi kekasihku. Lagi-lagi aku masih merasa bahwa cerita seperti ini hanya bisa ku temukan dalam sebuah opera sabun ataupun serial Korea yang sering ku tonton. Dan ketika ini terjadi padaku, bukannya aku merasa bahwa aku tiba-tiba menjadi salah satu pemeran dalam sebuah opera sabun ataupun serial Korea, melainkan aku masih tidak percaya hal semacam itu dapat ku alami. Aku juga masih menganggap bahwa apakah ini merupakan efek aku terlalu banyak menonton serial-serial semacam itu beberapa waktu ini. Aku sedikit merasa kecewa dia mengungkapkan perasaan seperti itu padaku. Kesan awal yang muncul adalah, ‘Mana pantas seorang wanita bersuami dan beranak satu masih bilang cinta dan sayang pada seorang pria yang merupakan cinta lamanya di masa SMA. Dan parahnya lagi, perasaan itu diungkapkan secara jujur, langsung, dan tanpa basa basi kepada kekasih pria itu.’ Masih tidak percaya.

Dan, yang ku sampaikan padanya adalah aku menerima apa yang dia sampaikan padaku. Aku tidak menyalahkannya ketika dia bilang dia hanya ingin mengungkapkan beban yang ada selama ini padanya. Dia sering merasa sesak di dada ketika menyadari dirinya masih mencintai dan menyayangi seseorang kawan lama dimana dia tak lagi menyandang status single. Aku tidak memiliki kuasa untuk menahan dan membatasi perasaan seseorang, sekalipun itu kepada orang terkasihku. Karena aku pun sebagai manusia sering kali tidak bisa menahan perasaan yang ada dalam diriku. Tetapi, intinya disini adalah kenyataan yang sudah terjadi sampai sejauh ini, kami sudah memiliki kehidupan masing-masing. Dia dengan keluarga kecilnya dan aku dengan kehidupan romansa yang telah dibangun dengan penuh pengorbanan.

akhirnya aku hanya bisa menenangkan hatinya yang sedang bergejolak tidak karuan. Aku pun meminta maaf karena telah berada di samping seorang pria yang masih dia sayangi dan cintai. Walaupun disini sepertinya aku tidak seharusnya meminta maaf. Tapi aku hanya ingin orang lain tidak membenciku. Aku tahu bahwa bagaimana pun dia pasti memiliki perasaan yang kurang baik padaku. Aku hanya memberinya kata-kata sederhana yang bisa ku sampaikan. Setiap apa yang ada dalam kehidupan memiliki norma dan aturannya masing-masing. Tidak ada yang salah asalkan mampu menjaga dan menghormati hubungan satu sama lain. Selalu ada batas yang harus dibuat ketika kita sudah berkomitmen dengan sesuatu. Dan semoga kami satu sama lain dapat memahami itu. Tuhan selalu memiliki rencana indahNya. Tuhan mempertemukannya dengan suaminya karena mungkin suaminya kini adalah yang terbaik baginya. Kawanku seharusnya selalu percaya bahwa pria yang menjadi suaminya adalah pria hebat dan baik yang Tuhan kirimkan untuknya.

Dengan kepercayaan yang ada, aku yakin dia senantiasa dapat bahagia dengan keluarga kecilnya. Dan tak lagi terbayang bayang dengan perasaan cintanya di masa lalu yang tak tergapai indah. Dan doaku untuknya saat ini adalah agar dia selalu diberi ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

No comments:

Find Me on Instagram