Segenggam Pasir


Pasir pantai itu ku simpan baik dalam sebuah kotak putih yang ku hias sederhana dengan sebuah pita dengan warna serupa. Hampir lima tahun aku menyimpannya baik-baik. Satu alasan aku terus menyimpannya adalah pasir-pasir itu memiliki arti filosofis dalam perjalanan hidupku. Aku mengambilnya di kala pagi yang bersejarah. Dengan disaksikan matahari terbit, gemuruh ombak, dan hembusan bayu yang ada. Saat kirana nampak perlahan di permukaan air laut, aku mulai merela. Seperti mengucap sebuah sumpah dan doa, ‘Aku akan jadi manusia yang mampu merela. Membebaskan segalanya menurut jalan yang Kau pilih untukku.’

Dan pagi itu, aku memang sedang berkomunikasi dengan penciptaku. Mengucap sumpah dan pintaku, ‘Dekatkanlah aku padaMu. Dekaplah aku. Kuatkanlah aku.’ Dan mulai detik itu juga, aku berhenti menggenggam pasir-pasirku dengan erat. Rasa takut kehilanganku, ku ganti dengan cara aku meletakkannya sebagian di sebuah kotak putih, kotak doaku. Dan sebagian lagi ku biarkan terhempas angin pantai. Membiarkannya pergi kemana dia mau. Berdamai dengan perasaan takut melepas genggaman yang ada pada diri sendiri kini sedikit demi sedikit telah memudar ketika melihatnya terbang bebas mengikuti kemana angin membawanya.

(Didedikasikan untuk orang-orang yang memiliki hati yang merela dan tersenyum dengan hidup barunya.)

No comments:

Find Me on Instagram