Pulang ke rumahku…. (Kenangan Masa Kecil-Part 1)


Semuanya berawal dari banyak benda mati yang ku reka sendiri menjadi alat peraga untuk merealisasikan imaginasiku setiap harinya. Sering kali aku berceloteh sendiri dengan bayangan kosong dan hampa atau bahkan aku mengajak semua benda mati di sekitarku untuk berkomunikasi. Posisi anak tunggal yang ku sandang bertahun-tahun lamanya cukup membentuk dan mengasah kemampuan imaginasiku yang satu ini. Lalu, sering kali aku juga menjadi terlampau kreatif dalam menciptakan banyak cerita, mengalih fungsikan dan menghidupkan benda-benda mati di sekitarku, dan kemudian memainkan peran-peran yang aku buat sendiri. Aku tak pernah peduli terhadap celotehan saudaraku yang mengira aku setengah kurang waras karena aku sering berceloteh sendiri sampai aku duduk di sekolah dasar. Aku cukup lama berceloteh sendiri, bahkan melebihi usia normal anak senang berimaginasi.

Banyak tempat dan benda mati yang dulu mempunyai peran dalam cerita-cerita imaginasi
masa kecilku kembali berdesakan ingin keluar dari ruang memori dalam otakku yang bernama ruang memori masa kecilku ketika aku pulang ke kota asalku…pulang ke rumahku.

Ketika melihat sudut-sudut yang ada di rumahku, otakku seketika terhubungkan dengan ruang memori masa kecilku. Sudut di balik kursi sudut ruang tamu yang sering ku gunakan sebagai tempat teristimewa untuk menyelinap dan bersembunyi ketika bermain petak umpet. Kamar tidurku yang menjadi saksi bisu dan menjadi ruang rahasia aku melakukan segala kegiatan penuh imaginasiku. Pohon palem di halaman rumah yang selalu menjadi tempat terfavorit untuk mendirikan tenda sederhana yang bisa aku dirikan pada saat itu. Dengan kain batik milik nenekku yang selalu kujadikan sebagai atapnya, aku kemudian akan mengeluarkan semua peralatan memasak yang mama berikan padaku. Dan mama akan mulai bersiap-siap untuk ikut repot merapikan segalanya setelah rutinitas berimaginasiku usai. Dinding kamar nenekku yang bertuliskan namaku dan nenekku. Semuanya ku ukir dengan tujuan yang bahkan aku belum terlalu mengerti pada saat itu. Tetapi, ketika aku pulang ke rumahku di saat aku dewasa, aku pasti akan selalu menengok dan mencari sudut dimana aku selalu mengukirkan nama kami berdua. Dan aku akan mengingatnya, mengingat kebersamaanku dengan nenekku. Kini, aku yang kian menjadi dewasa, makin mendapatkan esensi perbuatan masa kecil yang dulu ku kira tanpa makna.

Tetapi, kini aku sering merasa terheran-heran bahwa bagaimana aku yang masih kecil pada saat itu berbuat hal yang begitu sentimentil seperti itu. Melihat sudut-sudut di rumahku, di sekitar rumahku, dan di banyak tempat di kota kelahiranku terkadang begitu mendamaikan hati karena aku selalu merasa aku kembali ke rumah yang selalu ada cinta kasih di dalamnya. Rasanya aku berada di sekeliling seluruh anggota keluarga. Damai dan aman begitu melingkupi perasaanku.

Setiap melewati berbagai tempat, berbagai jalan, berbagai sudut, seketika pula otak imaginasiku bekerja. Otak imaginasiku kembali terhubung dengan ruang memori masa kecilku. Setiap tempat yang dilalui seperti seketika bertuliskan berbagai macam kejadian yang pernah dilalui. Semuanya seketika bertuliskan ‘Aku pernah disana’. Tetapi, di sisi lain, aku terkadang merasa gelisah, tak aman, dan tak bahagia karena semuanya sudah berlalu. Tak mungkin aku kembali ke dimensi-dimensi itu. Yang ada sekarang adalah tulisan-tulisan ‘Aku sudah tidak disana’, ‘Itu hanya kenangan’, ‘Kenangan’, dan lain sebagainya.

Untukku semua yang berlalu tak akan berlalu begitu saja. Semuanya memberi sumbangsih yang begitu besar terhadap kehidupanku. Berbagai imaginasi yang pernah dicipta memberiku kemampuan selalu mengingat segala kejadian baik dan buruk dalam hidup. Kemampuan berimaginasi membuat otakku bekerja untuk berpikir, mengingat, maupun berhayal. Dan mengingat selalu membuatku kembali merasa merindu akan segala kenangan yang pernah ada. Tapi, aku yakin segala sesuatu ada masanya, kata seorang sahabat. Dan hidup tidaklah berhenti di tempat. Dia akan selalu berjalan ke depan tanpa menoleh pada masa lalu.‘Aku pernah disana’ selalu membuatku merindu untuk pulang ke rumahku….

(Inspired by my great childhood memories.... :) ) I miss my childhood.....

No comments:

Find Me on Instagram