Musikal Petualangan Sherina, Membawa Nostalgia Rasa dan Memori Akan Masa Kecil

Bagi kamu yang besar dan mengalami masa kecil sampai remaja di rentang tahun 90-an dan awal tahun 2000, kebanyakan pasti kena demannya film Petualangan Sherina. Saya ingat, menonton film itu ketika saya lulus SD. Film garapan Riri Riza dan Mira Lesmana ini memang menambah kenangan indah anak pada masa itu. Anak generasi 90-an pasti sangat setuju deh kalau kenangan masa anak-anak pada zaman itu tuh asyik banget. Bermain dengan berinteraksi satu sama lain dan bermain di alam itu masih jadi kegiatan sehari-hari sekali. Acara TV dan musik anak-anak pun banyak pilihannya. Nah, film Petualangan Sherina ini melengkapi keriaan anak pada zaman itu.

Setelah filmnya tayang di bioskop tanah air, film ini sekejap menghipnotis anak-anak dengan tarian, dialog, musik, kisah, karakter, dan bahkan detail-detail di filmnya. Selain anak-anak pada zaman itu hafal tarian, dialog, dan musiknya, banyak anak yang lalu ingin seperti Sherina yang pemberani. Ini suntikan yang bagus sekali buat anak-anak, bukan? Bahkan banyak anak yang lalu mengikuti gaya Sherina. Misalnya, pakai jam tangan kuning, pakai plaster, dan bawa cokelat di kotak bekal. Saya pun jadi salah satu anak yang kena hipnotis semua itu. Saya melakukan semua itu. Dan lagi, musik Elfa Secioria yang indah menghiasi sepanjang film. Ahh, saya makin jatuh cinta.




Di akhir tahun 2017 kemarin, sebuah gerakan anak muda, Jakarta Movement of Inspiration mengadaptasi film ini dalam sebuah teater musikal, “Musikal Petualangan Sherina” dan ditampilkan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Dari zaman mereka masih audisi pemain-pemainnya, saya sudah menunggu tanggal mereka akan tampil. Sedihnya, saya kehabisan tiket pada saat itu. Bahagianya saya kalau mereka mengumumkan akan tampil kembali di bulan Februari tahun ini. Saya pun nggak mau ketinggalan momen ini lagi dan untungnya saya dapat tiketnya. Akhirnya saya pun menontonnya di hari Sabtu kemarin. Pergerakan penjualan tiketnya memang cepat sekali. Baru sebentar penjualan tiket dibuka, sekejap juga banyak tempat yang sudah penuh.

photo credit: Jakarta Movement of Inspiration

Pengalaman menonton “Musikal Petualangan Sherina” pun hanya saya bisa abadikan melalui sedikit foto dan video. Serta tentu saja cerita yang saya ceritakan langsung atau saya tulis. Kenapa? Karena memang kita harus menghargai kerja keras mereka dalam berlatih dan mempersiapkan semuanya dengan tidak merekamnya dan menyebarkannya. Tapi, di akhir acara, mereka menyediakan satu sesi khusus yang bisa diabadikan penonton dalam foto atau video, yaitu penampilan satu lagu gubahan Elfa Secioria yang juga bisa kita nyanyikan bersama di sana.

Nah, kali ini saya ingin berbagi pengalaman dan keseruan selama di sana. Semoga teman-teman bisa ikut merasakan keseruannya juga.

Sisi nostalgia


Seperti yang saya ceritakan di sebelumnya, sudah pasti yang besar dengan film Petualangan Sherina pasti akan merasa nostalgia dengan teater musikal ini. Kalau saya, musik pembuka baru dimulai dan tirai teater dinaikkan, mata saya saja sudah berkaca-kaca. Seketika saya teringat masa kecil saya. Masa kecil yang buat saya selalu membahagiakan. Lalu, juga mengantarkan memori masa kecil saya, saya yang pernah bermimpi bisa bergabung di paduan suara anak yang bisa nyanyi sambil menari seperti paduan suara buatan Elfa Secioria. Kepada saya, teater musikal ini membawa saya akan semua memori masa kecil saya ini. Kepada penonton lain, pasti ada percikan-percikan kisah masa lalu lain yang menggelayuti sepanjang menonton teater musikal ini.

Yang datang menonton kebanyakan adalah anak-anak yang besar dengan film Petualangan Sherina sampai yang bawa anak

hoto credit: Indonesia Kaya
Dari yang saya amati, yang datang ke teater musikal ini kebanyakan adalah orang-orang yang besar dengan kisah Petualangan Sherina dan sebagian lagi adalah orang-orang yang datang bersama keluarganya, anak, maupun cucu mereka. Tapi, pastinya ada juga orang-orang yang mungkin datang karena ingin menikmatinya sebagai karya seni. Ya, walaupun mereka tidak kena demam filmnya pada saat itu. Siapa sih yang tidak penasaran menonton kisah garapan Miles Films yang diubah menjadi teater musikal ini?



Kisah yang masih menyenangkan dan disukai hingga saat ini (bahkan untuk generasi sekarang)

Dulu, ketika saya masih mengajar di satu sekolah, saya dan tim pernah membuat sebuah pertunjukan (parent presentation/pertunjukan para anak untuk menunjukkan hasil belajarnya pada orang tua) dengan tema besar “Petualangan Sherina”. Kebetulan sekali unit of inquiry yang ingin dipresentasikan kepada orang tua adalah tentang bagaimana kita menyelesaikan konflik di sekitar kita. Yang terpikir oleh saya dan tim saat itu adalah “Petualangan Sherina”. Karena pasti akan jadi lucu dan seru. Kami pengaruhi anak-anak untuk menonton filmnya (buat yang belum pernah menonton) dan dengarkan lagu-lagunya di kelas selama beberapa minggu persiapan penampilan ini. Ternyata, mereka pun sangat menyukai dan sangat antusias dengan kisah dan lagu-lagunya. 



Walaupun sudah belasan tahun melintasi zaman, kisah ini terbukti masih tetap menyentuh dan disukai. Kemarin pun ketika saya datang ke teater Musikal Petualangan Sherina, saya mendengar banyak anak ikut tertawa dan melihat mereka begitu antusias selama menonton. Sepertinya, kisah dan lagu dalam film ini juga patut untuk diperkenalkan pada anak cucu kita kelak. Kisah sederhana dan manis tentang dunia anak dan persahabatan.

Cerita yang sama dan ada sedikit improvisasi yang membuat makin segar


Teater Musikal Petualangan Sherina ini digagas dan dieksekusi oleh Jakarta Movement of Inspiration dengan dukungan Miles Films. Dari awal, mereka memang sudah state bahwa ini memang teater adaptasi dari film Petualangan Sherina. Dari awal sampai akhir, jalan cerita memang sama. Bahkan sebagian besar dialog pun sama. Hanya saya ada penambahan dialog dan adegan yang membuat cerita makin segar. Misalnya saja, guyonan Dimas Danang sebagai Pak Raden dan geng penculiknya yang kekinian, peran Abby Halabby sebagai Zus Natasya yang sedikit beda dengan di filmnya (dibuat lebih ngebanyol), lawakan yang sedang trending “Kamu Milea ya? Aku tebak kita akan bertemu nanti,” dan guyonan ngeledek Raisa yang kebetulan juga nonton bersama suaminya, Hamish Daud.

Beberapa adegan terasa lebih hidup ketika ditampilkan dalam sebuah adegan teater. Terbukti para penonton pun tertawa bersama-sama. Misalnya saja, ketika adegan Sherina bilang bahwa “M” di namanya itu adalah “Melodi” dan geng Sadam bilang itu “Monyet”. Semua penonton tertawa riuh karena para pemeran geng Sadam yang begitu apik berperan sebagai anak bandel. Lucunya lagi, ketika semua sudah selesai tertawa, ada anak kecil yang duduk tak jauh dari saya justru berkomentar dan tertawa belakangan “Hahaha, Monyet”, mengikuti dialog yang baru saja diucapkan. Semua penonton pun jadi kembali tertawa karenanya.

Kostum, props, dan  tata panggungnya yang keren sekali


Sejak pertunjukannya di tahun lalu, sudah banyak penonton yang bilang kagum sekali dengan tata panggungnya yang “niat banget” alias keren sekali. Tata panggung dibuat semirip mungkin dengan yang ada di film. Misalnya saja, latar sekolah dengan tembok bebatuan, ruang keluarga rumah Sherina, rumah Sadam, perkebunan, Observatoriun Bosscha, dan lain-lain. Begitu pun dengan kostum dan propsnya. Semuanya dibuat mirip dengan yang ada di film.

Menurut saya, salah satu babak yang dirasa indah adalah ketika Sherina dan Sadam ada di Observatoriun BosschaTempat ini benar-benar dihadirkan. Ketika Sherina dan Sadam menyanyikan lagu “Bintang-Bintang”, seketika teropong bintangnya menyala dan menyorot mengarah ke satu sudut. Lalu, disusul dengan dimunculkannya cahaya lampu menyerupai bintang-bintang kecil yang bergerak mengisi setiap sudut ruangan. Seluruh penonton dibuat terkejut dan berdecek kagum.

Musik yang super indah


Saya pun kagum dengan penggarapan musiknya. Detailnya dibuat semirip mungkin dengan versi aslinya. Dari aransemen, gaya menyanyi, serta detail-detail vokal dan musiknya. Di beberapa lagu, improvisasi pun dilakukan. Misalnya saja, pengubahan maupun penambahan lirik untuk beberapa adegan. Saya paham ini dilakukan mungkin agar tidak ada pengulangan lagu ketika ini dimainkan dalam bentuk teater musikal. Misalnya saja, lagu “Lihatlah Lebih Dekat”, “Anak Mami”, “Kertarajasa” yang punya beberapa versi dengan pengubahan lirik yang disesuaikan dengan adegan. Lagu-lagu ini dimainkan beberapa kali dalam teater dan sepertinya kurang asyik kan kalau lagu yang sama dimainkan beberapa kali dalam satu pertunjukan.

Ada juga beberapa musik latar yang ada di film yang dibuatkan liriknya dan dinyanyikan oleh para aktornya. Beberapa lagu baru pun digubah untuk menghidupkan beberapa babak. Misalnya saja, lagu “Kebun” yang dinyanyikan bersama oleh pegawai perkebunan Pak Ardiwilaga, “Rasi Bintang” oleh ibu guru Sherina, “Mencari Sadam” oleh Sherina ketika ketakutan kehilangan Sadam di hutan, “Kaya Mendadak” oleh geng penculik.

Segar, indah, dan membanggakan 

photo credit: Indonesia Kaya
Honestly, pertunjukan ini di luar ekspektasi saya. Pertunjukan ini indah sekali menurut saya. Dari awal, ketika musik pembuka dimainkan dan tirai dibuka, saya sudah berkaca-kaca. Saya merinding dari awal pertunjukan sampai akhir acara. Saya dibuat terharu dan jatuh cinta berkali-kali selama menonton pertunjukan.


Berikut adalah musik penutup yang memang dikhususkan untuk bisa dinyanyikan bersama dan diizinkan untuk direkam/difoto oleh penonton.



Terima kasih Jakarta Movement of Inspiration telah menghadirkan dan menghidupkan kembali kisah ini. Saya sih berharap mereka bisa main di kota lain juga agar anak-anak di daerah lagi juga bisa menonton pertunjukan yang indah ini.






No comments:

Find Me on Instagram