Blusukan Kuliner Jogja yang Tak Semua Wisatawan Tahu. Enak dan Wajib Coba!

Photo credit: Resty Amalia
Dalam satu tahun, saya bisa mengunjungi Jogja beberapa kali. Jogja bagi saya juga sudah seperti kota asal kedua. Kota ini sudah menjadi tempat untuk lari dari kepenatan dan tempat diri ini merela untuk tersesat beberapa saat.

Karena saya pernah kuliah dan tinggal di kota ini beberapa tahun, tempat wisata dan kuliner khas yang ada sudah tak lagi awam bagi saya. Sehingga, kunjungan Jogja saya berikut-berikutnya adalah mengunjungi destinasi wisata yang belum pernah saya datangi dan mencoba kuliner-kuliner baru atau tersembunyi yang belum pernah saya coba.

Bisa dikatakan saya ini pecinta dan pemburu kuliner. Selain cita rasa makanannya, saya tertarik dengan kisah di balik makanan tersebut, seperti latar belakang si penjual membuka usaha makanan tersebut, proses pembuatannya, kisah-kisah hidup si penjual makanan, dan lain-lain. Jadilah perjalanan berburu kuliner saya layaknya pengalaman saya main ke rumah teman baru saya.

Karena hobi saya berburu kuliner ini, tak jarang ada teman-teman yang suka bertanya tentang kuliner yang bisa mereka coba ketika mereka akan ke Jogja. Karena alasan itulah saya menuliskan tulisan ini. Dari banyaknya kuliner Jogja, saya merekomendasikan beberapa kuliner berikut untuk dicoba karena rasanya istimewa.


1. Mi Ayam dan Bakso Pak Wiyono
Photo credit: Resty Amalia
Jika kamu mencari mi ayam enak yang bisa kamu coba di Jogja melalui mesin pencarian di internet, kamu mungkin akan menemukan mi ayam lain yang akan direkomendasikan. Mi ayam Pak Wiyono ini memang kurang popular di dunia maya, namun tempat satu ini jadi juara di hati para penikmatnya dan langganannya. Bertempat di area dekat kampus UGM, tempat ini banyak dikunjungi oleh mahasiswa UGM dan UNY yang letaknya ada di sekitar situ. Tempat ini sudah tak awam bagi mahasiswa sekitar.

Mi ayam sederhana. Minya besar-besar dan dihidangkan dengan kuah ayamnya yang kental. Jika kamu ingin merasakan menu spesialnya, pesanlah menu spesial. Dengan memesan menu spesial, kamu akan mendapatkan semangkuk mi ayam dengan bakso basah dan bakso goreng. Untuk kamu yang penggemar ceker, kamu pun bisa memesan dengan ceker. Sebenarnya, selain mi ayam, mereka pun menjual bakso. Namun, sedari dulu hingga sekarang, mi ayam Pak Wiyono selalu jadi primadonanya.

Letaknya ada di pemukiman Sendowo. Kamu bisa pergi ke daerah Koperasi Mahasiswa UGM yang ada di Jalan Kaliurang. Di dekat situ ada Kantor Bank Mandiri. Masuklah ke jalan yang ada di samping Bank Mandiri. Kamu bisa berjalan terus hingga menemui pertigaan di depan SD Percobaan 2. Dari sini, kamu bisa berjalan terus hingga menemui pertigaan akan ke sungai. Jangan ambil arah ke sungai. Kamu bisa belok kanan dan berjalan terus hingga kamu bisa melihat gerobak dan warung Mi Ayam dan Bakso Pak Wiyono.

Bapak dan Ibu Wiyono mulai berjualan di jam setengah 11 pagi dan biasanya semua menu habis di kisaran jam 4 sore. Jika ingin lebih nyaman untuk makan di sana, hindari datang di jam makan siang karena akan sangat ramai di sana. Dengan tempat yang sangat kecil, kamu harus bersiap bergantian makan dengan pelanggan lain dan tak bisa duduk sedikit lama setelahnya.

Mi ayam ini punya banyak pelanggan setia. Sampai saat ini, walaupun banyak pelanggan yang sudah tak lagi tinggal di Jogja, mereka sering mampir dan kembali untuk makan di sini. Bersiaplah mencoba rasanya yang unik dan sulit kamu temukan di mi ayam di berbagai tempat lainnya. Saya yang seorang pecinta mi ayam dan selalu menyempatkan mencoba makan mi ayam enak di tempat yang saya kunjungi, selalu tak bisa menemukan rasa yang sama, mendekati, atau lebih enak dari mi ayam Pak Wiyono ini.

2. Nasi dan Bubur Gudeg Mbah Waginah
Photo credit: Resty Amalia
Jogja memang tempatnya gudeg. Banyak gudeg enak di kota ini. Namun, saya sering kembali ke tempat ini. Mbah Waginah sudah berjualan gudeg selama 40 tahunan. Usianya 95 tahun. Ia berjualan di Jalan Kabupaten km 1,5, daerah Godean. Mbah Waginah berjualan mulai dari jam 6 pagi sampai 10 pagi.

Rasa gudegnya sederhana, tidak terlalu manis dan asin. Rasanya pas dan nikmat. Gudengnya nikmat dinikmati hangat-hangat di pagi hari. Gudeg yang dijualnya sangatlah murah. Jauh dari harga-harga gudeg lain yang sudah dikenal oleh para wisatawan.

Saya suka menikmati sarapan di sini jika sedang ada di Jogja. Menemani saat sarapan di sana, saya biasanya mengobrol dengan Mbah Waginah dan mendengarkan kisah-kisah penuh lika-liku dari Mbah Waginah. Sambil makan, saya pun bisa belajar tentang kehidupan darinya.


3. Wedang Tahu Ibu Sukardi 
Photo credit: Resty Amalia
Wedang tahu adalah kuliner yang ada di tanah air kita karena bawaan pasukan Cina yang datang ke Indonesia zaman dulu. Dalam semangkuk wedang tahu, kita akan menemukan semacam tahu sutra yang dibuat dari kedelai yang kemudian disiram dengan air jahe panas. Ini termasuk minuman kesehatan. Minuman ini nikmat dinikmati hangat-hangat dan saat ketika badanmu sedang kurang sehat.

Sudah cukup sulit menemukan kuliner ini di berbagai daerah. Di Jogja, ada Bu Sukardi dan keluarganya yang masih membuat dan menjual kuliner ini. Bu Sukardi berjualan di pagi hari di sekitaran Pasar Kranggan Jogja, di seberang Gudeg Bu Djuminten di sekitaran jam setengah 7 pagi sampai jam 9 pagi. Suaminya pun berjualan di Pasar Pathuk di pagi hari. Di sore hari, Bu Sukardi berjualan di depan Mirota Godean. Mampirlah ke sana jika sedang mampir ke Jogja.


4. Mangut Lele Mbah Marto
Photo credit: Resty Amalia
Biasanya, mangut terasa gurih dan sedikit manis. Beda cerita dengan mangut lele masakan Mbah Marto. Mangut buatannya rasanya pedas. Bagi para pecinta pedas, kamu harus mencobanya! Mangut lele di sini spesial karena sebeum diolah, lele diasap dahulu agar tidak mudah hancur saat dimasak dan memberikan aroma serta cita rasa yang lebih istimewa. Selain mangut lele, ada sayur nangka serta krecek yang bisa mendampingi sebagai sayurnya.
Photo credit: Resty Amalia
Awalnya, Mbah Marto menjual mangut lelenya dengan berkeliling ke desa-desa di sekitar rumahnya. Namun, setelah bertambah tua, ia memutuskan berjualan di rumahnya saja. Istimewanya, hingga sekarang, Mbah Marto mempertahankan teknik memasaknya yang menggunakan cara tradisional, menggunakan tungku dan kayu. Jika kamu datang ke rumah Mbah Marto, kamu dan para pembeli lain harus mengantre di dapur Mbah Marto ini. Setelah itu, kamu bisa menikmati makanmu di bagian depan rumah Mbah Marto.

Photo credit: Resty Amalia
Rumah Mbah Marto ada di pemukiman penduduk di belakang kampus ISI Yogyakarta. Siapkan GPS jika kamu akan ke sana karena rumah Mbah Marto ada di gang kecil di tengah pemukiman itu. Berikut saya sertakan foto bagian depan rumah Mbah Marto agar kamu tak salah datang karena ada tetangga di sekitar rumahnya yang juga menjual menu yang sama. Mbah Marto buka pagi jam 10 dan biasanya sudah habis di sore hari.

5. Sate Kere Mbah Mardi
Photo credit: travelingyuk
Sate kere biasanya terbuat dari lemak sapi atau tempe gembus. Di tempat ini, sate kere yang disajikan terbuat dari lemak sapi dan dihidangkan bersama kuah gulai dan ketupat. Pertemuan rasa manis di sate dan gurih dari gulai membuat rasa nikmat ketika disantap.

Sate kere yang sudah diturunkan ke generasi kedua ini sangat laris. Dalam waktu dua jam saja biasanya sudah habis. Jika kamu ingin menikmatinya, datanglah jam 5 sore. Sate Kere Mbah Mardi ada di Jalan Godean km 7,5 Yogyakarta.

6. Gudeg Mercon Ibu Tinah
Photo credit: bakpiajogja
Rasa gudeg biasanya manis. Sebagian teman saya, terutama yang berasal dari luar Jawa biasanya kurang menyukai rasa gudeg karena bagi mereka rasanya terlalu manis. Nah, buat kamu yang tidak terlalu suka makanan manis, gudeg Ibu Tinah bisa jadi pilihan yang tepat. Rasa gudegnya sedikit manis dan gurih. Lalu, disajikan dengan sambal tempe yang pedas. Nah, sambal tempe pedas ini yang jadi kunci dan rahasianya. Nasi gudeg bisa dinikmati bersama pilihan makanan pendamping lain, seperti gorengan, sate ayam, ayam, dan lain-lain.

Gudeg mercon Ibu Tinah ini merupakan kuliner malam dan buka jam 8 malam sampai habis. Walau buka sampai jam 3 dini hari, biasanya tengah malam saja semuanya sudah habis. Jadi, jika takut kehabisan, kamu bisa datang lebih awal. Gudeg ini bisa kamu temukan di dekat Pasar Kranggan, tak jauh dari Gudeg Bu Djuminten.

7. Jamu Tradisional Mbah Sis
Photo credit: Resty Amalia
Mbah Sis adalah salah satu pedagang yang paling dikenal di Pasar Prawirotaman. Semenjak kemunculannya dalam satu frame dengan Nicholas Saputra di film Ada Apa dengan Cinta 2, banyak orang yang datang ke sini untuk mencarinya.

Buat saya, Mbah Sis lebih dari itu. Mbah Sis mengingatkan saya akan gambaran penjual jamu langganan nenek saya ketika kecil. Berbaju kebaya, disanggul, dan jari-jarinya kuning karena kunyit. Selain itu, Mbah Sis membuat jamunya dengan cara yang masih tradisional, memerasnya di depan pembeli dan menyajikannya di batok kelapa. Di beberapa pasar tradisional di Jogja, kamu bisa menemukan penjual jamu seperti ini. Di Pasar Kota Gede misalnya.

Saya tertegun ketika pertama bertemu dengan Mbah Sis. Parasnya ayu, pembawaannya sangat tenang, senyumnya manis, ramah, serta baju dan gelungannya rapi. Mbah Sis senang mengajak ngobrol orang-orang yang datang. Yang paling membuat kangen untuk selalu kembali ke sini adalah rasa jamunya yang alami, kental, rasanya pas, dan kaya rempah. Datanglah ke sini jika kamu berkunjung ke Jogja. Kamu pasti akan rindu untuk kembali lagi ke sini.

Awal bulan Oktober tahun lalu, Mbah Sis untuk sementara pindah berjualan karena Pasar Prawirotaman sedang direnovasi oleh pemerintah. Terpaksa para pedagang yang berjualan di sini pindah berjualan ke pasar sementara, satu tempat tak jauh dari tempat ini. Hanya sementara. Mungkin selama setahun ke depan.

8. Menu Bakar Penyet WPA Alamanda
Photo credit: Resty Amalia
Menu bakar dan penyet memang sepertinya sudah biasa dan bisa ditemukan di hampir setiap sudaut Jogja. Namun, menu bakar dan penyet di sini sangat patut untuk dicoba. Biasanya, di tempat lain hanya ada menu bakar saja ataupun penyet saja. Namun, di sini kamu bisa mendapatkan keduanya. Menu yang jadi pilihan adalah ayam, ikan, tempe, telur, dan tahu yang bisa dibakar dan dipenyet dengan pilihan jenis sambal (mentah atau matang) serta level pedas yang kamu inginkan.

Bertempat di Jalan Alamanda, dekat dengan Fakultas Teknik UNY menjadikan tempat ini tempat makan khas anak kos dengan harga yang terjangkau pula. Cobalah kuliner satu ini jika kamu sedang ingin menu bakar dan penyet di Jogja. Dengan harga yang super terjangkau, kamu bisa kenyang dan hati senang.

9. Nasi Soon dan Sambel Joss Bu Roso
Photo credit: Resty Amalia
Menu sederhana seperti ini, nasi, soun, sambal, dan gorengan tidak boleh diremehkan. Menunya boleh sederhana, tapi rasanya luar biasa nikmat. Terbukti dengan antrian dan keramaian yang terjadi di sudut ini setiap jam 4 sore. Dalam waktu satu jam, masakan yang dijual sudah habis. Bahkan ketika terakhir kali saya datang ke sini, kurang dari satu jam, mereka tak bisa lagi melayani pesanan karena masakan sudah habis.

Nasi Soon Sambel Joss Bu Roso menyajikan nasi panas, tumis soun kecap pedas, sambal yang pedas nikmat, dan aneka gorengan seperti ayam, tempe, dan bakwan. Harganya super terjangkau. Disajikan di atas daun pisang membuatnya makin nikmat ketika disantap.

Cobalah mencicipinya dan bersiap antre dari sebelum jam 4 sore. Bertempat di seberang Jogjatronik, tempat ini sangat mudah ditemukan. Carilah tempat dengan kerumunan orang di dekat lampu merah. Selamat mencoba.

10. Lupis dan Jajanan Pasar Mbah Satinem
Photo credit: Resty Amalia
Menurut saya, lupis buatan Mbah Satinem adalah lupis terenak yang pernah saya makan. Ketannya lembut sekali, tidak keras. Juruh atau kuah gulanya juga pas manisnya.

Mbah Satinem sudah mulai berjualan lupis sejak zaman Indonesia merdeka. Awalnya ia masih membantu ibunya berjualan. Sampai akhirnya di tahun 60-an, ia mandiri membuat dan menjual makanan hasil buatannya sendiri dengan berbekal resep warisan ibunya. Proses memasaknya masih menggunakana kayu bakar dan juruh yang dibuatnya pun dari dulu hingga sekarang masih menggunakan gula jawa yang sama. Untuk memotong lupis sebelum disajikan pun unik, yaitu dengan menggunakan benang agar cepat dan rapi potongannya.

Ia berjualan dengan ditemani dan dibantu oleh putrinya. Putrinya mengantarnya ke tempat berjualan, membungkus makanan, menerima uang pembayaran, dan memberikan uang kembalian pada para pembeli. Sehingga Mbah Satinem bisa fokus untuk mempersiapkan makanan saja. Mbah Satinem memang sudah populer sejak lama. Ia tambah populer sejak kehadirannya di berbagai postingan akun kuliner di media sosial dan program Street Food, Netflix.

Mbah Satinem mulai berjualan di Jalan Bumijo, di depan ruko di pertigaan dekat Pesona Hotel, Tugu (dekat dengan Tugu Jogja) jam 6 pagi. Datanglah di pagi hari dan bersiap untuk antrie. Mungkin antrean di hari kerja lebih baik daripada antrean di akhir pekan. Selain lupis, kamu bisa juga menikmati jajanan pasar lain yang juga dijual di sana, seperti cenil, gatot, dan tiwul.

11. Sop Empal Bu Wignyo
Photo credit: Resty Amalia
Warung Makan Bu Wignyo buka di gang kecil di dekat SMA De Brito Jogja. Menu-menu yang disajikan adalah menu-menu rumahan. Menu yang jadi andalan dan paling populer di antara pelanggannya adalah nasi sup dan empal daging sapinya. 

Jika mampir makan ke sini, jangan lupa coba juga sambalnya yang cukup pedas, tempe goreng, dan tahu bacemnya yang buat ingin lagi dan lagi. Sup sayurnya sederhana rasanya. Tidak begitu kuat bumbunya dan tanpa penyedap rasa. Rasanya pas sekali ketika dipadukan dengan empal daging sapi yang manis gurih dan juga sambalnya yang pedas.

Tempat ini akan sangat penuh jika jam makan siang. Kalau saya, paling suka datang dan menjadikannya tempat untuk sarapan. Di pagi hari, suasana rumahannya akan lebih terasa dan tidak penuh sesak karena pengunjung lain

Semoga informasinya membantu ya. Selamat mencoba makanan nikmat di Jogja yang selalu terasa istimewa, teman-teman.

Teman-teman yang membaca tulisan ini mungkin juga punya rekomendasi kuliner enak lain yang bisa dicoba ketika sedang di Jogja. Jika ada, silakan rekomendasikan juga kepada yang lainnya melalui kolom komentar ya :)






No comments:

Find Me on Instagram