Twenty Five Twenty One, Sebuah Kapsul Waktu Masa Muda

Akhir pekan lalu menjadi hari penayangan episode terakhir drama Twenty Five Twenty One. Drama yang disutradarai oleh Jung Ji-hyun dan ditulis oleh Kwon Do-eun ini sukses membuat perasaan para penontonnya campur aduk. Aku salah satunya.


Drama dengan jumlah episode 16 episode ini begitu berkesan buatku. Alasan utamaku menonton drama ini awalnya adalah kehadiran Nam Joo Hyuk. Setelah menonton beberapa episodenya, aku makin tertarik. Sebagai salah satu generasi 90-an, aku mungkin banyak relate dengan kejadian, tren, detail, dan juga banyak hal di drama ini.


Ada banyak hal menarik juga yang sangat berkesan buatku. Mari kusebutkan satu per satu. Mungkin kamu pun punya pengalaman yang sama.

 

Setting dan Tema yang Diangkat



Seperti yang aku sampaikan di awal, setting di akhir tahun 90-an membuatku makin relate akan drama ini. Aku mengalami dan memahami tren-tren yang dimunculkan di drama ini. Dari tren ikat rambut dan cara mengikat rambut yang khas 90-an, adanya rental komik, kesenangan mengumpulkan hadiah dari jajanan masa sekolah, keseruan menulis buku harian, batasan komunikasi yang tak semudah sekarang, menariknya siaran radio, mendengarkan dan merekam suara di kaset, dan yang lainnya. Krisis moneter tahun 1998 dan serangan menara kembar WTC pada 11 September 2001 pun dihadirkan. Sebagai salah satu remaja yang tumbuh di masa-masa itu, aku pun merasakan hebohnya kejadian dan pemberitaan akan dua kejadian besar dunia itu.


Tema yang diangkat pun menarik. Perjuangan dan kegigihan para karakter utama dalam meraih impian dan cita-citanya begitu digambarkan di sini. Na Hee do, yang tak mendapatkan dukungan dari ibunya untuk terus beranggar, bersikeras untuk terus beranggar. Dengan segala tantangan yang ada, ia terus mencoba dan membuktikan hingga pada akhirnya ia berhasil menjadi peraih medali emas. Back Yi Jin, yang mengalami keterpurukan karena kebangkrutan usaha ayahnya di masa krisis moneter, begitu gigih bekerja dan mengusahakan agar keluarganya yang tercerai-berai bisa kembali bersama.


Kisah persahabatan antara Na Hee do, Back Yi Jin, Ko Yu rim, Moon Ji woong, dan Ji Seung wan pun menarik. Mereka begitu merepresentasikan gairah dan jiwa anak muda pada masa-masa itu. Lagi-lagi, sebagai remaja di tahun-tahun itu, aku seperti dibawa nostalgia akan masa-masa itu.


Hal-hal lain yang diangkat, seperti tentang hubungan keluarga, guru di sekolah, dan masalah dunia kerja pun dihadirkan di drama ini. Tak melulu soal percintaan, drama ini justru lebih banyak menghadirkan hubungan kedua pemeran utama yang bersahabat, saling ada di kala susah, dan saling memberi semangat untuk maju meraih impiannya. Aku rasa ini penggambaran yang positif yang dihadirkan di drama ini. Koneksi keduanya pun dibangun tumbuh dekat dan kuat secara perlahan.


Karakter yang Dihadirkan



Karakter Na Hee do yang apa adanya, berani, dan pantang menyerah pun menjadi pemikat drama ini. Karakternya pun digambarkan tak sempurna, namun punya kerentanan. Ia yang mengidolakan seseorang, senang menulis buku harian, senang membaca komik, senang mengumpulkan hadiah stiker dari jajanan yang ia beli, dan memiliki kesenangan yang ia temukan dari bermain keran air mengundang kembali ingatan masa kecil dan remajaku. Begitulah kebanyakan anak di usia itu di masa-masa itu.


Back Yi Jin yang pendiam, hat-hati, dan cenderung melankolis hadir layaknya kebalikan Na Hee do yang ceria. Namun, ia yang empat tahun lebih tua dari Na Hee do, lebih dewasa dan bisa menjadi pemberi nasihat dan semangat. Keduanya menjadi karakter kesayanganku.


Selain itu, aku pun senang dengan karakter Seung wan, salah satu teman baik Na Hee do dan Yang Chan mi, pelatih anggar Na Hee do. Keduanya pintar, percaya diri, tegas, punya pendirian, dan tahu apa yang dimau. Kalau kamu, siapa karakter kesayanganmu di drama ini?



Alur Cerita yang Sukses Buat Penonton Bertanya-Tanya


Menariknya lagi, alur cerita yang dibuat oleh penulis cukup tak mudah untuk ditebak. Kartu-kartu kejadian dibuka perlahan dan tetap menyisakan misteri di tiap episodenya. Walaupun begitu, aku sudah memiliki perasaan kalau drama ini akan ke arah sad ending. Perasaan itu datang ketika menyadari arti dan makna lirik lagu Jaurim, Twenty Five Twenty One, yang menjadi original soundtrack utama. Lagunya bertema kesedihan dan perpisahan.



Lagu itu dijadikan latar trailer dan adegan bahagia di awal drama ini. Kehadiran lagu ini di scene bahagia bukan tanpa alasan pastinya. Menurutku, lagu itu sengaja dihadirkan agar kontras dengan scene yang ada. Seperti memberi kode pada kita bahwa scene bahagia itu sementara dan kelak akan menjadi kenangan.

 

Akhir Cerita


Akhir ceritanya memang tidak sesuai ekspektasi kebanyakan penonton. Mungkin kebanyakan penonton kecewa karena sudah terlalu sayang pada karakternya dan menginginkan karakter kesayangannya berbahagia bersama. Menurutku, kisah karakter utama yang dihadirkan pun indah. Maka dari itu, ketika akhirnya tak indah, kebanyakan penonton merasa tak bahagia.


Mungkin banyak yang menyayangkan kenapa Hee do dan Yi Jin tidak bisa mempertahankan hubungan mereka di mana menurutku juga masih mungkin untuk keduanya tetap bersama seperti Yu rim dan Ji woong yang tetap bisa bertahan di antara hubungan jarak jauh Korea dan Rusia.


Banyak penonton juga sepertinya menyayangkan tak adanya cerita suami Hee do saat ini dan bagaimana Yi jin saat ini. Namun, jika aku berusaha memahami niat penulisnya, mungkin ini caranya untuk membuat ceritanya tak klise, sama seperti caranya mengakhiri ceritanya dengan tak mempersatukan karakter utamanya. Penulis ingin menyajikan sebuah realita bahwa tak selamanya kita bisa selalu bersama dan menikah dengan cinta pertama kita. Ia sepertinya ingin menyisakan keabu-abuan, pertanyaan, dan membiarkan penonton menginterpretasikannya beberapa detail sendiri.


Menurutku, kehadiran scene Hee do memberikan baju pemberian ayah Min chae untuk anaknya bisa sedikit menceritakan pernikahan Hee do saat ini. Di benakku, suami Hee do bisa saja bekerja di luar negeri yang mengharuskannya pulang ke Korea beberapa bulan sekali. Scene Ibu Hee do yang bercerita bahwa baru saja bertemu Yi jin sebulan lalu juga. Di benakku, Yi jin masih bekerja menjadi seorang news anchor dan bertemu Ibu Hee do di kantor UBS ketika Ibu Hee do ada keperluan datang ke sana. Bagaimana dengan imajinasimu? Bisa jadi imajinasimu berbeda dengan imajinasiku.


Di akhir drama, tokoh Hee do berjalan menyusuri terowongan yang kerap ia dan sahabat-sahabatnya dulu lintasi. Terowongan itu banyak menjadi saksi kisah mereka, dari susah dan senang yang mereka alami. Menurutku, terowongan seperti simbol lorong waktu ke kenangan masa lalu yang ia alami. Seperti di akhir drama, Hee do menyusuri dan meninggalkan terowongan itu. Seperti menggambarkan ia yang keluar dari lorong kenangan masa lalunya dan kemudian menengok ke belakang, menggambarkan ia melihat masa lalunya. Bagiku, scene ini menegaskan cerita ini adalah cerita masa lalu milik dan dari perspektif Hee do. Dan itu bisa jadi alasan tak begitu banyak karakter lain yang diceritakan kehidupan masa kininya.


Diperkuat juga dengan awal mula semua cerita ini di awal drama, yaitu Min chae membaca buku harian Hee do. Cerita masa lalu remaja ibunya pun dimulai. Elemen buku harian dan warna merah jadi penting dan bermakna. Dimulai dengan elemen buku harian dan diakhiri dengan elemen buku harian kembali, yaitu ketika Hee do tak sengaja menjatuhkan buku hariannya di depan terowongan. Seperti menandai berakhirnya kisah kilas balik masa mudanya. Warna merah pun banyak dipakai layaknya menjadi benang merah kisah tiap tokoh utamanya.

 

Perenungan Setelah Menontonnya

Aku pun sedih dan masih terbawa suasana setelah beberapa hari menonton akhirnya. Namun, mungkin kita bisa melihat sisi positif yang lain. Na Hee do, Back Yi Jin, Ko Yu rim, Moon Ji woong, dan Ji Seung wan berhasil meraih apa yang menjadi impiannya selama ini. Hee do berhasil menjadi atlet anggar yang berhasil. Yu rim berhasil menjadi atlet anggar yang berhasil dan membuka klub anggar internasional. Seung wan berhasil menjadi seorang assistant director variety show. Ji woong berhasil mendirikan usaha fashion sesuai dengan bakat dan kegemarannya. Yi jin berhasil menjadi news anchor dan mempersatukan keluarganya kembali, meskipun kisah cintanya dengan Hee do tak berakhir bersama.


Bagiku yang sudah melewati masa remaja dan usia 20-an, drama ini nostalgic dan mengajakku kembali mengingat masa muda yang penuh semangat, impian, dan keingintahuan. Namun, jika diingat kembali sekarang, masa-masa itu terasa singkat dan berlalu begitu saja tanpa kita sadari. Keseruan-keseruan masa muda tak akan berlangsung selamanya. Akan ada masa di mana keinginan dan prioritas berubah. Tanggungjawab pun bertambah. Tantangan lain pun hadir. Terkadang jika diingat, ada rasa rindu yang datang.


Tak selamanya masa lalu penuh kebahagiaan. Ia pasti hadir lengkap sepaket dengan pasangannya, masa sulit dan tantangan. Meskipun kurang atau tak menyenangkan ketika dilalui dan dijalani di masa-masa itu, aku merasa bersyukur telah mengalami dan melaluinya. Aku jadi lebih “kaya” karenanya dan bisa jadi diriku saat ini. Begitu pun dengan kisah di drama ini, segala susah dan senang di masa-masa remaja memperkaya para tokoh dan menjadikan diri mereka yang sekarang. Semuanya berharga dan selamanya akan tersimpan baik di buku kenangan masing-masing.




Secara keseluruhan, aku sangat menikmati jalan cerita drama ini. Kisahnya dikemas manis, sinematografi bagus sekali, dan musik latarnya pun mampu membawaku terikat pada cerita. Bagaimana denganmu?



 

No comments:

Find Me on Instagram