Belajar Kepenulisan Bersama Adhitya Mulya dan Ninit Yunita

Gambar diambil dari www.istribawel.com

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk mengikuti acara komunitas Nulisbuku yang menghadirkan pasangan penulis, Adhitya Mulya dan Ninit Yunita. Adhitya Mulya yang dikenal sebagai penulis buku ‘Jomblo’ ini banyak membagikan ilmu kepenulisannya dan juga pengalammnya dalam menulis.  Selain menjadi penulis, Adhit pun kini aktif juga menjadi penulis skenario ini. Seperti terlibat pula dalam penulisan skenario film yang diadaptasi dari salah satu bukunya ‘Sabtu Bersama Bapak’.

Dalam kesempatan ini, Adhit membagikan poin-poin penting yang harus diketahui dan dimiliki oleh penulis. Adhit berkata bahwa dirinya mengharuskan dirinya sendiri untuk menuliskan sesuatu yang memang memiliki keterkaitan dengan hidup atau kisah banyak orang. Dengan begitu, pembaca akan menyukai tulisannya karena memiliki keterikatan kisah dengan kisah yang dituliskannya. Dia pun merasa berhasil membuktikannya ketika dia menulis ‘Jomblo’. Banyak orang yang menyukai kisah di dalam buku tersebut karena memiliki keterikatan kisah dan akhirnya kisahnya pun diadaptasi menjadi sebuah film yang juga disukai masyarakat.

Menurut Adhit, menulis itu harus diawali dengan kepemilikan jiwa bercerita. Jika menulis itu hanya melalui media tulis, bercerita bisa menggunakan  media apa saja. Dengan memiliki jiwa bercerita, menulis pun menjadi lebih menarik untuk dilakukan dan dinikmati. Adhit pun banyak membagikan banyak ilmu tentang teknik bercerita yang dia pelajari selama ini.  Adhit membiasakan dirinya untuk membuat plot atau struktur cerita yang ditata. Dia bahkan membuat deskripsi detail tentang karakter dan ciri fisik dari setiap karakter yang diciptakannya. Dengan membuat matriks tentang pembangunan  karakter tiap tokoh di ceritanya, Adhit bisa melakukan deskripsi tokoh yang konsisten sepanjang dia menulis kisah tersebut. Adhit senang memulai cerita dengan akhiran (convergen). Dengan tahu akhiran dari kisah yang ditulisnya, Adhit mengaku lebih mudah menentukan jalan kisah pendukung atau penyusun dari akhiran atau tujuan yang dia buat. Proses ini serupa dengan penentuan tujuan atas apa yang kiita rencanakan dan laksanakan. Dengan penentuan tujuan yang jelas, kita juga akan lebih mudah melakukan usaha yang tepat dan spesifik untuk mencapainya.

Adhit senang teknik bercerita di mana dia bisa membangun karakter yang cacat tapi berusaha untuk mencari kesempurnaan. Teknik bercerita ini didapatnya dan dipelajarinya dari struktur cerita kisah-kisah film Hollywood. Misalnya Harry Potter yang memiliki banyak kelemahan, anak yatim piatu yang sering disia-siakan oleh keluarga bibinya, kurang percaya diri, berpenampilan kurang menarik, beberapa orang yang membencinya karena alasan tertentu, dan kemampuan sihir yang biasa-biasa saja. Tapi, di sepanjang cerita, Harry bertumbuh menjadi karakter yang lebih baik dan lebih kuat karena dukungan orang-orang yang menyayanginya dan karena keadaan yang mengharuskannya tumbuh menjadi lebih kuat. Bagi Adhit, teknik menulis dengan plot seperti ini menarik dan bisa dikembangkan menjadi berbagai macam kisah menarik. Bagi pembaca, ini akan lebih menarik karena kisah dan karakternya lebih dekat dan menggambarkan kehidupan manusia kebanyakan. Pembelajaran akan kehidupan pun akan lebih terbangun dengan plot seperti ini. Jika dia menciptakan karakter yang sempurna, sebut saja tampan, kaya, pintar, terkenal, pasti akan sangat membosankan, mudah ditebak, dan kurang mewakili kehidupan kebanyakan manusia. Adhit berujar bahwa dia ingin kisahnya bisa mewakili kehidupan sebagian besar manusia sehingga pembaca akan memiliki hubungan yang lebih dengan kisahnya dan menumbuhkan pembelajaran akan kehidupan dalam kisah yang ditulisnya.

Adhit dan Ninit juga senapas dalam hal tujuan menulis untuk bercerita. Jika keduanya mengalami kebuntuan dalam menulis, mereka memilih untuk meninggalkannya. Mereka memilih untuk mencari suasana untuk penyegaran. Jika sudah kembali mendapatkan ide, mereka pun kembali menulis.

Dalam kesempatan kali ini, Adhit juga banyak membagikan tips menjalin hubungan yang baik dengan pembaca, penerbit, dan juga diri sendiri sebagai penulis. Baginya, sangat penting untuk mencari dan memilih penerbit yang sejalan dengan tujuan dan genre tulisan kita. Bermitra, menjalin hubungan yang baik, dan bersahabat dengan penerbit juga sangat penting untuk dilakukan agar proses penerbitan buku berjalan dengan lancar. Menulis merupakan proses personal yang menghubungkan penulis dan tulisannya. Tetapi, ketika naskah sudah ditawarkan ke penerbit, menulis tak lagi mejadi proses yang personal. Menulis juga berarti berjualan. Jadi, mempromosikan, memasarkan buku kita melalui media sosial, radio, offline events, dan lain-lain juga harus dilakukan agar para pembaca tahu produk kita (di sini buku kita).

Di akhir akhir acara ini, Adhit memberi semangat dan pesan bagi para penulis dan pecinta literasi yang hadir di sana agar teruslah belajar dan menulis. Jangan takut akan kritik atau masukan dari orang lain. Menurutnya, semua kritik itu baik. Meskipun kritik paling buruk dan menyakitkan sekali pun.

Mari terus menulis dan belajar!


Resty Amalia


2 comments:

Didik said...

Ilmu menulis yang menarik. Smg bs ketularan ilmunya..

Gery Anggriawan said...

Gege Mengejar Cinta adalah novel pertama yang saya beli dan baca. Berawal dari judul kemudian pertanyaan yang memancing di cover-nya. Selesai membaca novel ini saya seperti ditarik lagi untuk membaca karya lain dari mas Adhit. Adalah 'Jomblo' dan 'Sabtu Bersama Bapak'. Namun sekarang saya sadar bahwa yang seharusnya dibaca dan terus dibaca adalah Al-Qur'an. Karena di sana tertulis kisah-kisah yang nyata bukan fiktif dan pastinya berpahala. :D

Find Me on Instagram