Gratitude 2017

Dari beberapa hari yang lalu, saya memikirkan ingin menuliskan sebuah tulisan ungkapan rasa syukur saya di tahun 2017. Di detik-detik akhir pergantian tahun, tiba-tiba, jujur saya kok tiba-tiba agak malas menuliskannya dikarenakan banyak hal yang terjadi di akhir tahun ini. Lalu, saya membuka lagi akun Instagram saya (media sosial favorit saya dan media sosial paling update yang saya punya saat ini), saya melihat postingan-postingan di feeds saya sepanjang tahun 2017 yang saya beri hashtag #Precious2017. Saya melihat banyak hal menarik, penting, dan berarti buat saya. Tidak melihatnya dan mensyukurinya rasa-rasanya kok saya jadi orang yang kurang bersyukur. Maka dari itu, di 1 jam sebelum pergantian tahun ini saya menuliskan beberapa hal yang saya pelajari dan syukuri. Semoga bisa ada manfaatnya juga buat teman-teman yang membaca.

photo credit: Kawin Harasai on Unsplash

Berkesempatan melihat banyak tempat baru

Makin hari, saya merasa ingin melihat lebih banyak tempat yang saya belum pernah datangi. Untuk sekadar melihat suasana di sana, merasakan ambiencenya, belajar budayanya, berinteraksi dengan masyarakatnya, dan belajar melihat banyak hal dari berbagai macam perspektif. Bukan demi feeds Instagram atau check in di tempat-tempat tertentu (yang mungkin kebetulan bagi orang lain dianggap keren). Untuk melakukan itu, saya rajin menabung. Travelling ala saya juga travelling semampu dompet saya. Tidak memaksakan diri untuk bisa seperti orang-orang lain.
photo credit: @restyamalia1
Buat saya, pergi ke tempat baru yang belum pernah saya datangi sebelumnya memberikan banyak pelajaran. Hampir tidak pernah saya mempergukanan jasa guide atau agen untuk bisa melakukannya. Dengan begini, bisa jauh lebih flexible dan menentukan segalanya sesuai keinginan sendiri. Semuanya dilakukan sendiri, dari mulai memesan transportasi, booking penginapan, riset transportasi di tempat yang dituju, riset spot menarik yang bisa didatangi, riset makanan yang oke yang bisa dikonsumsi, dan lain-lain. Belakangan saja juga lebih sering travelling ala backpacker. Alasan utamanya, jauh lebih simple, tidak harus antri ambil barang dari bagasi, dan memaksa saya untuk bisa melakukan travelling light. Tidak membawa banyak barang selama travelling ternyata jauh lebih menyenangkan.

Selain belajar sekali bagaimana survive di tempat baru, saya juga belajar banyak tentang making decision, mengontrol emosi, dan belajar untuk jadi lebih open-minded. Yang jelas, saya selalu merasa jadi pribadi yang baru sepulangnya dari tempat yang baru pertama saya kunjungi.


Bertemu dengan lebih banyak orang pintar dan hebat yang tetap bersikap humble dengan segala kelebihan yang dimilikinya

photo credit: @restyamalia1

Saya bersyukur bisa bertemu, berinteraksi, dan belajar langsung dengan orang-orang hebat, pintar di bidangnya, namun tetap bersikap humble di depan orang lain. Buat saya, mereka ini pemberi insipasi yang sangat besar di hidup saya. Dari mereka, saya belajar bahwa sepintar-pintarnya orang, masih akan ada lagi orang yang lebih pintar di atasnya. Tidak perlu secara berlebihan menunjukkan kehebatanmu di depan orang lain. Orang yang benar-benar hebat tidak melakukannya! Orang lain dengan sendirinya yang akan menilainya.

Saya pun mengingat baik kata-kata satu musisi hebat dan guru dari para musisi Indonesia, Riza Arshad, yang karya dan pemikirannya dinilai tinggi dan berharga oleh para musisi Indonesia, “Tak perlu sibuk untuk menjadi paling hebat atau paling populer. Berkarya saja terus. Orang akan melihat kualitasmu.”

Berguru dengan penulis hebat, Mba Ayu Utami

photo credit: @restyamalia1

Banyak teman saya yang tertarik dan menanyakan ke saya ketika tahu saya berguru ke Mba Ayu Utami. Apa yang saya pelajari selama saya belajar dengan Mba Ayu Utami? Saya bingung mau menjelaskan dari mana karena saya banyak sekali belajar darinya. Bagi saya, Mba Ayu banyak sekali mengubah cara berpikir saya dan ini merupakan momen yang paling mengubah perjalanan menulis saya selama saya menulis selama ini.

Saya yang orangnya sangat perasa dan melankolis, jadi banyak belajar bagaimana menulis dengan logika yang kuat, plotting yang menarik, kisah yang menjanjikan, dan karakter yang beragam; menulis dengan bobot; belajar filsafat; dan sangat digembleng untuk bisa mengkritisi serta memperbaiki karya sastra yang dianggap kurang baik menjadi lebih baik. Bagi saya, yang diajarkan Mba Ayu itu semuanya padat dan berisi. Terlalu banyak yang diajarkan dan tidak bisa dituliskan semuanya di sini. Yang pasti, proses pembelajaran ini tidak terhenti ketika proses belajar dengan beliau selesai. Seselesainya dari proses belajar selama beberapa bulan dengan Mba Ayu tahun lalu, saya justru jadi lebih banyak berpikir dan ingin lebih tahu banyak hal. Saya makin sadar bahwa PR saya masih banyak dalam hal menulis. Saya masih perlu banyak belajar, membaca, dan berlatih.


Membaca lebih banyak buku dengan genre dan gaya penulisan yang lebih beragam

photo credit: @restyamalia1

Di tahun 2017, saya bertemu dengan lebih banyak teman yang punya kecintaan terhadap buku dan membaca. Saya pun dapat referensi yang lebih dalam hal buku. Kami pun melakukan tantangan membaca dan juga saling berbagi pengalaman dalam membaca. Semoga di tahun 2018, hal yang sama juga masih terjadi dan saya bisa membaca lebih banyak buku.


Lebih banyak menonton film yang berkualitas

photo credit: @restyamalia1

Selain bertemu dengan lebih banyak teman yang memiliki kecintaan dengan buku dan membaca, saya pun bertemu dengan lebih banyak teman yang memiliki kecintaan terhadap film. Mereka memberi banyak masukan tentang film-film bagus yang bisa ditonton. Saya pun bergabung dalam komunitas film yang berkumpul sebulan sekali. Tak hanya menonton film, tiap selesai menonton filmnya, selalu ada sesi diskusi bersama filmmaker atau aktornya. Buat saya, film bukan hanya sebagai hiburan. Film juga merupakan cara yang asyik saya mempelajari plotting, pembangunan cerita, karakter, dan unsur-unsur lain yang berguna untuk penulisan sebuah cerita.


Work hard, play hard

photo credit: Resty Amalia

Yang sudah kenal saya dengan baik pasti tahu kalau saya suka datang ke acara musik, literasi, dan seni lainnya. Buat saya, datang ke acara musik dan mendengarkan live music itu menyenangkan. Ada sensasi yang berbeda yang ditawarkan live music jika dibandingkan dengan musik rekaman. Di tahun yang baru pun saya masih ingin datang ke banyak pertunjukan musik para musisi kesukaan saya.


Saya benar-benar belajar bahwa media sosial tidak menunjukkan segalanya

Photo by Rodion Kutsaev

Pasti teman-teman juga sepakat bahwa dunia media sosial kian hari kian riuh dan sesak. Banyak orang berlomba-lomba membangun citra diri dan membagikan kelebihan/kebahagiaan yang dimiliki. Saya yakin bahwa jarang orang yang senang membagikan kesedihan atau kekurangannya di media sosial. Akhirnya, banyak orang berlomba-lomba demi bisa memiliki feeds yang menarik atau punya citra diri yang hebat di media sosial. Namun, tak jarang juga saya menemukan bahwa orang-orang ini memiliki citra yang tak sebaik, sepositif, atau sehebat seperti yang nampak di media sosial ketika saya bertemu atau berinteraksi langsung dengannya. Bahkan tak jarang justru nampak sebaliknya dari yang nampak di media sosial ketika bertemu.

Kejadian ini membuat saya belajar bahwa dunia nyata jauh lebih berharga daripada dunia maya. Karena kehidupan yang sebenarnya ada di dunia nyata, bukan? Dunia maya menawarkan kesemuan, bukan kebahagiaan yang sebenarnya.


Punya teman dengan tingkat kedekatan yang maksimal jauh lebih berharga

photo credit: Resty Amalia

Menuju usia kepala 3, saya makin menghargai kualitas pertemanan, persahabatan, maupun kekeluargaan. Makin bertambahnya usia, teman-teman saya makin memiliki kesibukannya sendiri-sendiri dengan pekerjaan, pasangan, dan keluarga. Walaupun punya banyak teman atau kenalan, berapa orang yang bisa menemani di kala sedih, susah, maupun butuh pertolongan? Pernahkan teman-teman merenungi ini juga?

Saya sangat menjaga hubungan dengan orang-orang yang bisa datang tak hanya di kala senang, namun juga sedih. Mereka ini yang sulit sekali dicari di masa sekarang. Teman dengan satu frekuensi pun dirasa makin sangat berharga demi membuat hati dan akal ini tetap waras dan terisi. Dengan frekuensi yang sama, kami sama-sama menemukan alasan harus meluangkan waktu untuk bertemu. Buat saya, punya banyak teman itu bagus sekali. Namun, punya sedikit teman, tapi punya kedekatan yang maksimal pun bisa tetap sama berharganya.


Punya momen yang sangat membuat saya nyaman dan bahagia itu jauh lebih berharga

photo credit: Resty Amalia

Banyak teman yang heran ketika tahu saya sering pergi ke mall, makan, nonton film, ke toko buku, ke acara-acara diskusi kreatif, maupun ke konser musik sendirian. Menurut saya, why not? Saya pun masih bisa nyaman dengan pergi sendiri. Dan saya bersyukur bisa punya kenyamanan ini. Mau pergi sendiri dan dengan orang lain, saya tidak masalah. Namun, saya bukan orang yang lalu mengurungkan niat untuk melakukan atau pergi ke suatu tempat hanya karena tidak ada teman yang bisa diajak pergi. Rugi banget kan ketika kamu gagal datang ke konser musisi favoritmu hanya karena tidak ada yang bisa diajak datang bersama? Saya sadar jika terkadang selera saya tidak selalu sama dengan teman-teman saya. Apalagi, seperti yang sudah saya ceritakan di atas, banyak teman saya yang sudah super sibuk dengan urusannya masing-masing. Sama-sama memahami saja. 

Berdiri di atas kaki sendiri dan tidak terlalu menggantungkan diri pada orang lain akan jauh lebih membahagiakan.

Saya berani bilang kalau saya belum tahu dan saya mau tahu dan belajar


Saya yakin bahwa kita semua akan merasa nyaman jika tahu tentang banyak hal dan merasa tidak nyaman jika dianggap tidak tahu sesuatu ketika sedang mengobrol dengan orang lain. Namun, menurut saya, sangat wajar jika seseorang tidak mengetahui satu hal apalagi yang berkaitan dengan hal yang tidak dikuasai atau tidak diminati.

Saya sejujurnya belakangan ini agak merasa kurang nyaman ketika menemukan orang-orang yang dengan mudahnya menyepelekan orang yang tidak tahu akan satu hal yang ia ketahui. Namun, ketika ketika ia tidak mengetahui akan satu hal, ia juga tidak mau dianggap tidak tahu. Buat saya, it’s okay untuk bilang tidak tahu dan saya mau tahu. Kita semua ini punya kelemahan, bukan makhluk yang sempurna.


Seperti halnya kehidupan manusia lain yang tak sempurna, hidup saya pun penuh dengan lika-liku dan problematikanya. Ada ketawanya, ada bahagianya, ada mengeluhnya, ada nangisnya, ada marahnya, ada capeknya, dan hal-hal lain yang pasti dirasakan oleh semua manusia.

Namun, saya tetap bersyukur atas semua kebaikan yang diberikan di tahun 2017; ketidakberhasilan, kesulitan, tantangan, atau kesedihan yang membuat saya belajar; serta kesempatan-kesempatan lain yang pastinya mendewasakan dan membentuk saya menjadi diri saya yang sekarang, yang lebih bertambah usia, menua, dan lebih belajar.

Selamat tahun baru. Selamat menjalani hari-hari baru di tahun 2018 yang mudah-mudahan membawa kebaikan dan menjadikan diri kita semua jadi lebih baik.

2 comments:

ikachu said...

Love this post, Resty! Happy New Year! More travels, much more happiness in the new year!

Resty Amalia said...

Thank you, Bu Ika. Happy New Year juga. Semoga makin banyak berkah di tahun 2018 ini yaa. Makasih, Bu Ika udah mampir ke blogku :)

Find Me on Instagram